Lalu Darwis Purnama Sidhi, saya masih ingat betul nama lengkapnya. Dia adalah kawan baik sejak saya jadi anak kelas 1 baru di SD No. 4 Banyuasri. Darwis adalah orang pertama yang saya traktir nasi goreng & es teh waktu bawa bekal duit Rp. 500,-, karena dia anak pertama yang mengajak saya yang saat itu lugu dan pemalu ini ngobrol (atau mungkin Darwis tahu tipe-tipe anak SD baru yang bisa diprospek makan gratis Hahaha)
Darwis orang yang humoris, penghayal tingkat tinggi, olahragawan yang sok jago dan saya rasa semua temannya setuju dia agak hiperaktif. Dia sering jadi korban gurauan kami karena suka menghayal tinggi (dan begonya sebagai anak SD kami percaya Hahaha), soal burung yang bisa ngomonglah atau ada alien di Singaraja, absurd!
Anak-anak pernah taruhan kalau Darwis nggak bakal berani nembak Ratna (1 dari 2 cewek muslim di SD saat itu, dimana populasi kami hanya berlima, yang artinya 3-nya adalah cowok. Saya, Rendra & Darwis). Sialnya waktu itu si bocah hiperaktif ini beneran teriak didepan lorong kepala sekolah & bilang kalau dia suka Ratna... tapi ditolak Hahaha.
Darwis adalah salah satu diantara beberapa teman yang masih bareng disatu SMP di Singaraja saat itu, tahun-tahun SMP dia masih absurd dan sejenisnya, tentunya masih ngejer Ratna yang ternyata di SMP yang sama juga... tapi (masih) ditolak, padahal populasi siswa muslim saat itu lumayan banyak, mungkin Darwis sudah kesemsem sama Ratna pada pandangan SD pertama Hahaha.
3 tahun di SMP dan momen yang paling saya ingat saat dia tidak ada diantara ratusan siswa SMP yang sedang menunggu pengumuman kelulusan UN, SMP saya saat itu cukup favorit. Jadi ketidaklulusan tentunya adalah hal yang tidak biasa buat sekolah kami. Kepala sekolah bilang, "kita semua lulus....", kami bahagia. "...kecuali teman kalian yang tidak hadir hari ini...". kami mulai lirik-lirikan, Darwis? "...saya sudah menghubungi orang tua mereka masing-masing, mohon teman kalian jangan diganggu dulu."
Darwis adalah 1 dari 3 anak yang tidak lulus hari itu, singkat cerita dia masuk SMA Swasta lewat test ulang dan kami tidak pernah ketemu lagi sampai akhirnya tamat SMA dan Kuliah. Kontak pertama saya dengan Darwis setlah itu saat dia meminta bantuan dibuatkan platform wirausaha bernama "Bit Ice", masih dengan mimpi diatas awan dan kelakuan hiperaktifnya, saya mempercayakan dia modal usaha dan platform online yang saya buat tanpa bayaran.
Terakhir kami bertemu saat silaturahmi lebaran di rumah Dimas dan merencanakan kamping ke danau buyam bersama 5 kawan seperguruan lainnya, Allhamdulilah terwujud. Sebenarnya kita sudah merencanakan liburan berikutnya naik gunung dan Backpacking ke Labuan Bajo, tapi Allah mungkin belum mengijinkan wis.
Terakhir dia mengontak saya bulan Desember via DM dan minta nomer telp, tapi ntah kenapa tidak pernah menjelaskan memerlukan apa. Pesannya hanya "rik minta nope yang aktif dong, ente kan sudah banyak pengalaman, mau tanya2 nih."
Darwis sering bilang dan curhat ke kita kalau dia merasa bukan orang yang berguna, tapi buat saya manusia dinilai bukan hanya dari sana wis. Saya belajar banyak dari Darwis soal menjaga & memelihara mimpi, bahkan saat orang lain berusaha mengecilkannya. Berani bertindak, saat saya bahkan nggak berani mengungkapkan rasa suka ke orang lain.
Saya menulis ini sebagai sebuah penghargaan dan kenangan pribadi pada sosok sahabat & teman seperjuangan pemelihara mimpi, pengingat tentang kapanpun saya bisa dipanggil oleh Allah. Namanya Lalu Darwis Purnama Sidhi, tolong bantu kirimkan doa Al-Fatihah jika kalian selesai membaca posting ini, doakan Allah menempatkan sahabat saya sebagai golongan yang Khusnul Khotimah, amin ya rabbal al-amin.
dari kiri ke kanan: Alfa, Fahri, Dimas, Panji, Darwis, Abshar.
foto ini diambil 11 Agustus 2013, di Danau Buyan. difoto oleh timer 30 detik *kata abshar* 10 detik dan tiang penyangga sisa batang pohon setinggi lutut.
:')
BalasHapusTeman sebangku di kelas XII C1 - SPENSA
Nice broo..
Dia sahabatku juga. Selalu nemenin disaat suka dan duka...
BalasHapusDulu aku selalu di-bully di sekolahan, pernah patah hati, pernah disakiti orang-orang yg kupercaya...
Namun, Guru Darwis selalu ada buatku, bagai ayah kedua. Walaupun kami berteman jarak jauh (saya ada di belahan dunia yang jauh pernah, di negara sebelah pernah, di ibu kota tentunya juga pernah), kami berasa dekat lewat batin.
Ga ada yang bisa mengalahkan persahabatan kami. Makanya, aku terpukul sekali atas kepergian Darwis, walaupun baru kenal dia sekitar 5 tahunan (tapi persahabatan dilihat dari kedekatan hati kan, bukan jarak fisik dan durasi berkenalan).
Sampai saat ini aku masih teringat Darwis dan tiap malam selalu berdoa untuknya, sambil nangis. Bukannya karena nggak ikhlas, aku cuma merasa ada bagian dari aku yang hilang lah... Pernah sih Darwis main ke mimpi, tapi sebel karena aku terbangun pas lagi tengah-tengah ngobrol sama dia. :(
Semoga dia tenang di sisi Tuhan, amin. :)