Laman

Rabu, 08 Februari 2012

Sex, Lies & Cigarettes: Sebuah Fakta Industri Rokok Indonesia

Tulisan ini saya buat, setelah menyaksikan film dokumenter karya Christof Putzel dan Current TV yang judulnya juga saya jadikan penggalan judul tulisan ini - Sex, Lies & Cigarettes berdurasi 42:45 Menit di kanal Youtube JantungIndonesia. Saya yakin tidak banyak orang bisa menyaksikan video ini ntah karena durasi yang terlalu lama atau koneksi internet yang tidak memadai, Saya berharap tulisan ini bisa memberikan gambaran tentang betapa bodohnya ketika seseorang memutuskan menjadi perokok, berpendapat bahwa Rokok itu KEREN, Rokok itu MENYENANGKAN dan Rokok itu SEXY.


MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN

Sebuah peringatan yang menggelitik tentang bahaya konsumsi rokok, melarang tapi justru menjual produk yang menjadi salah satu pemasukan Indonesia yang terbesar. Lalu untuk apa mencetak tulisan yang “terlihat” tegas kalau pada akhirnya hanya jadi sebuah slogan. Kenapa pemerintah tidak menutup perusahaan rokok? Sebuah alasan yang lagi-lagi terlihat logis, industri rokok tidak bisa ditutup karena jutaan orang mencari makan lewat industri ini. Bisakah kita memberi solusi yang konkrit selain menghentikan industri rokok? Saya harap setelah membaca tulisan ini anda tidak mempertanyakan lagi apa solusi konkrit masalah rokok ini selain menghentikan produksi industri rokok.

Cerita dimulai dari video beredarnya "Bayi Perokok Indonesia" yang pada pertengahan 2010 menjadi candaan baru di dunia internasional. Tetapi diantara jutaan orang yang menjadikan ini jokes, ada yang menganggap hal ini sebagai kelucuan yang berbahaya. Indonesia adalah surga untuk industri rokok dan neraka bagi kita (yang sadar betapa bahayanya rokok).


Sebuah fakta yang telah saya buktikan sendiri, sebuah kenyataan yang lama tidak saya sadari, karena semuanya seolah-olah terlihat normal. Dimana setiap 500 meter saya dengan dominan bisa melihat iklan rokok dimana-mana, Baliho toko, Spanduk rumah makan, Dinding tetangga, iklan, dan bahkan di Acara favorit TV saya.  Perokok yang terlihat KEREN, MENYENANGKAN dan SEXY ini, sebenarnya telah lama mengalami kemunduran di negara barat, tempat asal salah satu produk rokok yang terkenal. Lalu dengan strategi pasar yang sama, mereka meng-investasikan uangnya untuk mem-produksi objek yang telah ilegal diruang publik ini ke berbagai negara miskin dunia, salah satunya Indonesia. Buktinya Konferensi Dunia untuk Tembakau 2010 dan Berikutnya sudah dan akan diadakan di Indonesia sebagai bentuk apresiasi atas penjualan produk yang baik di negara ini.

Tidak munafik, saya adalah perokok - perokok pasif yang terpaksa harus menghirup asap rokok dalam beberapa kesempatan. Saya termasuk beberapa dari anda yang tidak merokok, sebenarnya adalah salah satu bagian dari korban rokok, sebuah kebiasaan yang kita benci dan hindari tapi dengan terpaksa harus kita terima dan alami.

Anda mungkin melihat ada banyak hal yang perusahaan rokok berikan untuk kemajuan Indonesia, beasiswa pendidikan, bantuan kesehatan, dan pembangunan yang seluruhnya adalah keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk rokok, tapi akibat yang ditimbulkan kemudian hari akan lebih besar dari kontribusi yang diberikan. Perusahaan memberikan bantuan pendidikan kepada anak tidak mampu yang 70% penghasilan orangtuanya untuk membeli rokok. Mari berasumsi baik bahwa nantinya anak itu akan menjadi orang sukses yang menghabiskan hartanya untuk membiayai penyakit orang tuanya yang menjadi perokok. Lalu apa hal lain yang mungkin terjadi? silahkan berasumsi buruk.


Indonesia adalah satu-satunya negara anggota WHO (World Health Organization) di Asia Tenggara yang belum meratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control) padahal Undang-undang kesehatan nasional tahun 2009 jelas menetapkan tembakau sebagai zat adiktif berbahaya. Sangat jelas Nikotin itu racun, tidak secepat Sianida tapi merokok seperti menabung untuk kematian yang lebih cepat. Mungkin beberapa perokok aktif akan bilang “ini hak saya!”. Tetapi jangan lupa mempertanyakan pernyataan perokok pasif (mereka yang menghirup asap rokok) bahwa mereka juga punya hak yang sama atas udara bebas asap rokok.

Pemerintah menawarkan solusi, Ruang Untuk Merokok - masalah besar kita di Indonesia adalah tidak mematuhi peraturan, adanya para perokok di ruang publik. Saat saya menulis artikel ini ada 3 orang perokok aktif yang sedang menghidupkan rokoknya diruang kelas dengan 2 AC (Air Conditioner) menyala. Didinding ada tulisan jelas berukuran A4 landscape dengan tulisan “DILARANG MEROKOK”. Lalu apa yang bisa saya lakukan sebagai seorang perokok pasif? Peringatan? sudah, Sindiran? Sudah, apakah saya perlu mengusir? tidak bisa karena ini adalah ruang publik dimana merokok jadi hal yang wajar dan normal dan saya akan terlihat sebagai orang yang salah. Jika punya sedikit materi berlebih saya menyarankan anda berjalan-jalan ke ruang penyakit paru-paru di rumah sakit terdekat kota anda, meluangkan waktu beberapa menit untuk mengobrol dengan mereka.


Ini adalah salah satu contoh ketika peraturan hanya dianggap lawakan “Peraturan dibuat untuk dilangar”. Besok ketika saya terkena salah satu dari penyakit kronis yang disebabkan rokok, siapa yang harus menanggungnya? Perokok kesekian yang saya temui atau saya sendiri karena ada di ruang publik - ruang yang notabenya setiap orang berhak atas apa yang dia inginkan tanpa menggangu hak orang lain, tolong jadilah bebas yang bertanggungjawab, tanpa itu bebas akan berarti liar.

Bayangkan betapa kejamnya orangtua yang merokok disamping balitanya dan anak muda yang merokok di bus penuh orangtua, mereka menggunakan haknya pada tempat yang salah. Ruang bebas asap rokok begitu banyak jika perokok memang berniat baik untuk menghargai hak orang lain.

Tembakau jadi penghasilan sebagian besar petani Indonesia, perusahaan rokok jadi sumber penghasilan cukai negara yang cukup besar, dan ada ratusan orang yang mencari nafkah dibalik keberadaan rokok. Tetapi akan ada banyak anak Indonesia yang dimasa depan mengalami lonjakan penderita penyakit kronis, ada puluhan orang yang kesulitan berobat karena tidak mampu. Indonesia memang punya Sumber Daya Alam yang kaya tapi minim Sumber Daya Manusia, hal itulah yang membuat kita berpikir tembakau dan rokok adalah kekayaan terakhir yang bisa membuat kita sejahtera. Saat ini kita sedang dijebak pada sebuah kenyataan bahwa jutaan rakyat indonesia bekerja di industri rokok, untuk menghabiskan setengah penghasilanya membeli rokok. Penghasilan yang harusnya bisa membuat anak-anak Indonesia memperoleh dana pendidikan yang lebih besar dari beasiswa yang perusahaan rokok keluarkan. Ada 2 kebohongan dari industri rokok, pertama merokok itu tidak berbahaya dan mereka tidak memasarkannya ke anak-anak.


Perokok itu tidak berbeda dengan pembunuh, mereka membunuh dirinya sendiri dan saat berada di ruang publik tanpa mengindahkan peraturan mereka juga membunuh orang lain dengan perlahan. Saran saya sebaiknya tulisan peringatan itu diganti dengan “SELAMAT MENIKMATI ROKOK, SELAMAT MEMBUNUH DIRI SENDIRI, SELAMAT MEMBUNUH ORANG LAIN”. Hiduplah bebas dari rokok mulai hari ini, bukan karena saya begitu perduli dengan kesehatan anda tapi karena memikirkan kesehatan saya dan kehidupan anak-anak anda, orang yang akan melihat perokok aktif – anda, nantinya dalam kondisi ter-pasif dalam hidup karena rokok.

Referensi:
-Dokumenter Film Sex, Lies & Cigarettes
-Kanal Berita Vivanews, Kompas, dan VOA Indonesia
-Hal yang dilihat, Hal yang dirasa, Hal yang dialami
-Gambar, Google Keyword : Cigarettes, Rokok, Bayi Perokok Indonesia

12 komentar:

  1. Sungguh euy... miris rasanya hati ini ketika negeri ini di rusak oleh yang namanya rokok. Persoalan INCOME seringkali dijadikan alasan kalau rokok harus punya tempat di negeri ini. Padahal rokok itu sendiri menyebabkan pengeluaran yang tidak sedikit...

    BalasHapus
  2. Bagi saya yang merokok, saya tersinggung abis-abisan dengan tulisan anda. tapi dengan jiwa besar, saya mengakui kesalahan seorang perokok, kesalahan saya.

    Mantap tulisannnya.. Inspiratif

    BalasHapus
  3. @SoY: Iya mas, mungkin lebih tepatnya dirusak industri rokok – perokok itu korban iklan rokok yang terlihat keren, dan menyenangkan, semoga para perokok tersadar dan lebih peduli pada kesehatan diri sendiri juga orang lain yang mereka cintai :).

    Mas @Adang: Saya berterima kasih untuk jiwa besarnya mas, ini saya buat untuk memberi tahu sebuah informasi yang tidak hanya bilang "rokok berbahaya", saya yakin mas sendiri pasti bosan dan sering mendengar jargon itu. Saya harap mas adang bisa mulai sedikit demi sedikit berhenti merokok, karena saya tahu perubahan itu tidak mudah - tapi bisa dilakukan! :)

    BalasHapus
  4. Yup, perang terhadap rokok adalah perang melawan opini. untuk itu, 'mereka' siap menggelontorkan berapa pun untuk memenanginya.
    Lihatlah betapa kreatifnya mereka berpromosi lewat baliho, iklan TV, gaya hidup, hingga beasiswa!
    Bahkan, pasal dan menteri pun bisa mereka atur.
    Setelah industri ini tak laku di negara maju, Indonesialah surga selanjutnya.
    Sekarang, ayo lawan opini dengan kreatif. Tulisan ini salah satunya.

    tabik, mantan ahli hisap

    BalasHapus
  5. saya dulu perokok, baru 3 tahun berhenti merokok, karena takut di contoh anak-anak saya. Untuk menghentikan orang merokok bukan dengan cara mengecam nya, kalau di kecam atau diledek, di bilang bodoh makin menjadi jadi dengan berbagai alasan tapi harus dengan kesadaran dari diri sendiri

    BalasHapus
  6. mas @Yaserace: Sayang sekali kreatifitas anak negeri justru disadari dan dimanfaatkan oleh industri rokok, salah satu potensi yang harusnya dari dulu bisa dilihat pemerintah, yang muda bukan berarti tidak berpengalaman. Terima Kasih mas, mari bantu menyadarkan para perokok negeri ini :)

    mas @asaz: Saya salut mas, karena berhasil 3 tahun berhenti merokok. Saya setuju bukan dengan cara mengecamnya, apapun yang saya atau orang lain katakan tidak ada artinya jika tidak inisiatif dari diri sendiri. Salah satu tujuan saya menulis ini juga bukan bermaksud mengencam, tapi memberikan "gambaran" yang saya harapkan bisa membangkitkan kesadaran diri perokok, untuk menjaga orang yang mereka sayangi. Seperti contoh mas asaz, yang tidak ingin anak-anak mencontoh perilaku perokok :)

    BalasHapus
  7. ia memang....semua itu benar saya adalah salah satu orang yg sedang berhenti dari kecanduan merokok.........dan merasakan bagaimana menjadi perokok pasif.....dan menyesal mengapa dulu saya suka merokok di tempat2 umum

    BalasHapus
  8. postingannya keren bngt, tp harus sabar menunggu loading videonya.. but its worth it.. denger2 ada fakta baru yang mengatakan bahwa ada unsur babi dalam rokok, entah itu di pembungkusnya atau dimananya..

    BalasHapus
  9. Tulisan yang super.. banyak yang mengambil bahan video ini untuk postingan.

    BalasHapus
  10. oke, seriously ini blog menarik banget hahaha. agak ciut gimana gitu pas mampir kesini... jiper euy haha

    keep in touch, bro! salam kenal :)

    BalasHapus
  11. [...] Tulisan ini saya buat, setelah menyaksikan film dokumenter karya Christof Putzel dan Current TV yang judulnya juga saya jadikan penggalan judul tulisan ini [...]

    BalasHapus