cerita yang diambil dari pengalaman puasa tahun ini dan lalu, selamat menikmati. tentunya setelah berbuka.
Menjalani bulan ramadhan atau puasa di Bali yang mayoritas penduduknya beragama hindu itu sama sekali nggak menyulitkan - catat sama sekali tidak, saya bahkan ingin berbagi bagaimana nikmatnya berpuasa di Bali - toleransi tinggi dimana kalian nggak akan pernah bisa merasakannya ditempat lain. Mungkin ini adalah wujud nyata dari kata "Kerukunan Umat Beragama" yang banyak dikoarkan media.
Cerita ini saya mulai dari Terawih Pertama. Seperti semua tempat di Indonesia, sudah jadi hal yang lumrah kalau awal terawih masjid jadi penuh sesak dan seiring pertambahan hari shaf-nya mulai ter-degradasi kearah imam alias semakin sedikit.
Waktu sholat terawih kita suka protes kalau doanya kepanjangan, rakaatnya kebanyakan, atau nyari masjid yang terawihnya cepet selesai. Saya pernah merasakan hal yang sama, dan merasa ditampar waktu imam nyebut hal itu diceramahnya:
"Kita kalau dikasih doa/ceramah yang agak panjang dikit aja protes, pindah masjid, bilang imam nggak asik, padahal Allah nggak pernah protes sama keserakahan kita kan?" - Pak Ustad.
*berbisik sama hati* "duh....mau ditaruh dimana ini muka" terus saya pergi ke tempat wudhu dan memutuskan tetap menaruhnya ditempat semula.
Masjid di daerah saya letaknya ditengah perumahan yang dikelilingi lapangan luas, tapi diapit 1 rumah seseorang yang memeluk agama Hindu. Waktu hari pertama terawih dan masjid penuh sesak. Pemilik rumah itu membuka pintu rumah supaya garasinya bisa dipakai untuk tempat umat islam sholat. Saya nggak perlu lagi menjelaskan apa itu "Toleransi".
Hal Menarik Saat Berpuasa
- Ketika ada temen agama lain yang nggak berpuasa, makan didepan saya, mereka biasanya bilang "maaf" terus pergi ke tempat lain, mungkin hal kecil buat mereka - tapi saya sangat menghargai ini.
- Dibangunin adik tepat 1 menit sebelum imsak, karena ingat ceramah tahun lalu soal diperbolehkan makan sampai waktu subuh tiba, saya ambil laptop buat browsing dalilnya dan "Alhamdulillah Yah" jadi bisa sahur juga (keberuntungan ini hanya sekali, sisanya 3 kali telat sahur) - “Makan dan minumlah hingga tampak jelas untukmu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (Q.s. Al-Baqarah:187).
- Perayaan lomba #17an, makan-makan, sambil nonton layar tancap dilakukan malam hari setelah terawih, yang islam jadi bisa ikut lomba makan kerupuk .
- Tepat dibulan puasa, ada sebuah event kepanitian yang saya ikuti di kampus "Politeknik Negeri Bali - Web Design Competition" sebagai satu-satunya panitia yang beragama islam disana, pekerjaan saya selalu diperingan ke masalah otak bukannya fisik.
- Karena nggak bikin kue lebaran sendiri dan beli kue yang nggak terlalu saya suka, jadi kalau mau nyoba nastar harus silaturahmi dulu ke rumah tetangga.
- Selama 30 hari sekeluarga bisa ngumpul bareng waktu saur dan buka, hal yang sulit didapat di hari lain.
Sejumlah budaya berbau Bugis masih kental di darah para pemuda Singaraja hingga sekarang. Seperti saat menyambut hari raya Idul Fitri, 7 Kelompok Masjid saling berlomba Takbir sambil membawa sound & prototype berbagai bentuk mulai al-quran, patung singaraja, sampai bangunan masjid. Semuanya diangkat menempuh rute sejauh +- 10KM sambil mukulin budug dan rebana. Beberapa jalan ditutup dan semua orang dari berbagai agama keluar buat ngeliat serunya acara ini, hal ini adalah bukti dari Toleransi.
Saat mayoritas agama hindu menjalani prosesi nyepi dan pawai ogoh-ogoh, antusias dan meriahnya juga sama - nggak ada kesan berbeda atau dibedakan. Semuanya terasa seperti acara seremonial milik semua agama - kami senang, mereka juga senang dan sebaliknya.
Menurut cerita nenek dulu, kerukunan antar umat beragama di Bali selama ini sangat harmonis karena hidup berdampingan yang diwarisi turun temurun sejak ratusan tahun silam. Berkat konsep terkenal di Bali yang namanya menyama braya (persaudaraan).
Kalian juga bisa melihat akulturasi Islam-Hindu di Desa Pegayaman–Buleleng, Kepaon–Denpasar, atau juga Desa Loloan Di Jembrana. Saya pernah ikut dalam sebuah bakti sosial tahun 2010 di salah satu panti asuhan desa Pegayaman yang sebagian besar warganya memeluk agama Islam, tapi nama depan mereka seperti orang Bali pada umumnya dan nama belakang seperti orang islam, misalnya Putu Aisyah, atau Kadek Muhammad.
Subhanaallah, emang selalu ada hikmah dari tiap kejadian, saya mengucapkan terima kasih untuk tulisan, puisi, lagu, film dan karya seni lainnya yang membawa pesan kerukunan umat beragama - secara nyata saya belajar itu semua di Bali, kota dimana saya Lahir dan Tumbuh sampai hari ini - bahwa benar ada "agama" dalam "keberagaman" - keren.
Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan | Semoga kita semua tergolong mereka yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri). :)
Referensi:
- Pengalaman Pribadi selama Ramadhan,
- Beberapa Image & Video Arsip Pribadi, Google, dan Deviantart untuk ilustrasi.
pengen rasanya merasakan sebulan penuh puasa di Bali. asyik ya kayak nya
BalasHapusBali emang Unix
BalasHapusalright
HapusBerbeda itu memang indah jika ada Keharmonisan didalamnya sehingga hangatnya MENTARI bisa dinikmati bersama.... #eeeaaaaaa..... :D
BalasHapusalright
Hapusi love Bali...:) (Dion)
BalasHapusngrasain hal yang sama saat pertama kali puasa di bali tahun kemarin. Termasuk saat nyepi yang jatuh di hari jumat, dimana toleransi tetap ada untuk umat muslim yang akan menjalankan sholat Jumat.
BalasHapusCinta Bali deh...
Jangan lupa pasang aplikasi adzan di hapenya Mas, gak kedengeran soalnya :))
BalasHapusartikel yg sangat menarik, tks mas fahry pencerahannya
BalasHapusMantaaaap, super dasyaaat...
BalasHapusBali toleransi agamanya OK bgt (I Lov Bali :D),,,, tulisan yang T.O.P bgt,,,, :D
BalasHapusalright
Hapusnice pict dude, good luck ya.
BalasHapusi love bali very much
alright
Hapussungguh indahnya kebersamaan,, hidup toleransi umat beragama,,, :)
BalasHapusnais inpoh gan , :thumb up
BalasHapusalright
Hapusmakasih kak info nya. tulisannya bagus
BalasHapussyukron bib
BalasHapustoleransi memang mudah diucapkan tapi susah dijalanin. bali memang istimewa
BalasHapusIndahnya perbedaan dengan adanya toleransi...
BalasHapusalright
HapusJangan Berubah BALI. Tetap Seperti itu.
BalasHapusSyukron Katsir Kakak Bakhar, Ditunggu Post Berikutnya ya.
alright
BalasHapus